Pastinya, yg kumaksud bukan berjenis kelamin laki-laki. Tapi kaum hawa.
Kami bertiga satu kampus, tapi beda jurusan. Si A, si B, dan aku. A dan B saja yg sama jurusannya. Kami mengaktifkan diri di lembaga dakwah kampus, baik internal maupun eksternal. Sering mabit bareng, jalan bareng, belanja bareng, makan bareng yg paling sering.
Ini pertemanan di dunia nyata. Antara aku dan mereka bisa saling bersinggungan kulit. Ternyata, pascakampus mereka seakan-akan melupakan siapa aku. Aku yg pernah bersama-sama mereka dulu.
Lebih ekstrimnya lagi, yg merasakan persaudaraan ini hanya aku sendiri. Aku yg berusaha menjadikan mereka teman curhat. Aku yg selalu mengadu masalah kampus. Aku yg berinisiasi mencari nama "geng" yg pas.
Cintaku bertepuk sebelah tangan!
Dunia Maya
Tak lama setelah aku sendirian ditinggal pergi oleh 2 orang itu, aku bertemu lagi dg 2 orang. Hanya saja dunianya beda. Sekarang di dunia maya. Sebelumnya aku ga kenal mereka, ga pernah melihat fisiknya, ga pernah dengar suaranya. Akhirnya, setelah sekian lama berteman, kami pun tukar biodata, tukar poto, saling telpon, dan bahkan aku diajak oleh salah satu dari mereka utk mengunjunginya di luar kota.
Mulai ada cinta di antara kami. Itu yg kurasakan. Kalau bukan cinta, mana mungkin mau berkorban? Berkorban pulsa, berkorban waktu hanya utk chating dan saling bertanya kabar. Aku pun memposisikan diri utk mencintai mereka karena Allaah. Walaupun suatu hari nanti, aku akan kehilangan mereka. Mereka berada di ruang tertentu di hatiku. Mereka org pertama yg kukabari jk ada kabar gembira. Atau mungkin ada berita sedih, galau ga tentu arah, ya mereka yg aku hubungi.
Pertemanan itu pun tak berlangsung lama. Si A menikah dg pria pilihannya, menetap di mana si suami berdomisili. Aku mulai menjaga jarak. Tak enak jika sering kontak-kontakan. Khawatir ganggu. Di Facebook pun suhu antara aku dan dia sudah tak se-comfort dulu. Ya, aku yg memulai utk menjauh darinya.
Tinggal aku dong berdua dg si B. Masih sering SMSan, telpon-telponan, komen-komen. Tiba suatu hari, aku rindu dengan dia. Sudah lama tak berkirim kabar. Aku pun SMS. Dibalas. Dia bilang kalau sekarang sedang mempersiapkan pernikahannya yg tinggal beberapa hari lagi. Oh... Kok aku bisa tdk tahu?
Hey Dwi, siapa kamu bagi mereka, hah? Mungkin selama ini cintamu pun bertepuk sebelah tangan. Yah berbaik sangka sajalah. Mungkin dia sibuk, ribet, atau apalah, shg dia lupa mengatakannya padamu.
Ya, mungkin aku di waktu itu adalah Dwi yg kekanak-kanakan. Selalu memaksakan kemauannya kpd org lain. Yg selalu menuntut org lain berbuat apa yg aku mau.
Dan sekarang aku memilih utk sendiri. Berjalan sendiri. Menghimpun kekuatan kaki utk tetap berjalan tanpa topangan teman-teman. Membangun kepercayaan diri dari dalam diri sendiri. Menghibur diri jika gundah gulana menghampiri. Hingga akhirnya, menghabiskan sisa waktu dalam kesendirian. Karena aku tak tahu, apakah Allaah berkehendak menghadirkan teman dalam menapaki hidup yg saban hari terlalu sulit jika kulakukan sendirian.
Utk kalian, semoga menjadi pribadi yg sholeha. Sekarang tak ada lagi aku yg setiap menit mengemis waktu kalian sekedar utk membalas pesan yg kukirim. Aku berusaha menjauh bukan berarti melupakan. Tak mungkin aku melupakan org yg pernah menduduki posisi tertentu di hatiku. Tepatnya aku yg telah memposisikannya.
Jika engkau tersesat di blog ini dan membacanya, aku mohon maaf. Aku tdk ingin mengganggu kebahagiaan keluarga kecil kalian. Berbahagialah di samping org tersayang!
Pontianak, 13 Juli 2013 | Ramadhan ke 4 | 02:58 wib
CONVERSATION